(Pembukaan Bintek oleh Sesditjen P2MKT Ibu Ir.Roosari Tyas Wardani.M.MA)
Topik diatas tersebut disampaikan oleh Bapak DR.Yadi Nurhayadi,S.Si,MSi (Tenaga Ahli Pemasaran,PINBUK) pada Bimbingan TeknisPeningkatan Kapasitas SDM Bidang Pengolahan Hasil Dan Pemasaran di Kawasan Transmigrasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Usaha Ditjen P2MKT Kementeriaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ri dari tanggal 3-6 November 2010 bertempat di Jakarta.
PEMASARAN EFEKTIF BERLANDASKAN ANALISIS SWOT
Oleh Bpk DR.Yadi Nurhayadi,S.Si,M.Si
Makalah ini akan membahas teori pemasaran, perencanaan pemasaran berlandaskan analisis SWOT, serta pemasaran dan ekonomi rakyat di Indonesia. Makalah disampaikan dalam rangka Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Bidang Pengolahan Hasil dan Pemasaran di Kawasan Transmigrasi, yang diadakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tanggal 3-6 November 2010.
A. Teori Pemasaran
Pemasaran adalah proses di mana produk atau jasa berasal lalu kemudian dihargai, dipromosikan, dan didistribusikan kepada konsumen. Pada perusahaan besar fungsi dasar pemasaran mendahului proses pabrik suatu produk, yang meliputi riset pasar serta pengembangan/penyempurnaan, desain, dan pengujian produk.
Pemasaran meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling) pemberian keputusan terkait garis produk, harga, promosi, dan pemberian pelayanan. Hampir pada seluruh bagian ini pemasaran memegang otoritas, dalam hal lain, pada pengembangan garis produk, fungsinya adalah penasehat utama. Lebih jauh lagi, Departemen Pemasaran dari suatu institusi bisnis bertanggungjawab dalam distribusi fisik produk, menentukan jalan distribusi, serta memberi arahan profit yang dapat diraih dari barang oleh pabrik atau gudang.
1. Proses Hingga Produk Dihasilkan dan Pengemasannya
Perihal barang-barang dagangan (produk) yang mungkin sama jika dilihat bentuk, desain, atau bahkan kegunaannya, tetapi berbeda elemen yang menyusunnya, harga, dan kualitasnya berkaitan dengan garis produk. Bagian pemasaran meyakini bahwa garis produk haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Produsen haruslah kreatif dan berani mengganti/menyempurnakan elemen atau kemasan produk setelah rentang masa tertentu dalam rangka berkompetisi dan merespon perubahan iklim ekonomi, atau untuk meningkatkan penjualan. Jika kondisi perekonomian melemah, produsen harus mencari cara agar produk tetap terjangkau oleh daya beli konsumen dengan tetap memegang teguh etika.
Popularitas produk dapat mengalami penyusutan. Pada kenyataannya, produk-produk yang sukses akan melalui apa yang disebut siklus hidup produk, yang mendeskripsikan penjualan produk mulai dari dikenal, berkembang, mencapai puncak penjualan, lalu mengalami penurunan. Karena itu, inovasi produk mutlak diperlukan.
Pengemasan produk adalah salah satu yang berpengaruh dalam suksesnya pemasaran produk. Pengemasan produk harus disesuaikan dengan jenis dan sifat produk. Misalnya produk hasil pertanian, peternakan, perikanan, barang cetakan, elektronika, dan mesin, masing-masing akan berbeda pengemasannya. Pengemasan produk selain untuk membuat tampilan produk menarik, adalah juga agar produk tersebut tahan lama, sehingga diterima konsumen masih dalam kondisi baik.
Produk makanan akan membutuhkan pengemasan yang akan membuatnya awet. Dalam hal ini, agar produk makanan itu awet akan dibutuhkan proses pengawetan yang dimulai dari pengolahan hingga pengemasannya. Beberapa cara pengawetan produk makanan adalah sebagai berikut.
1. Pengawetan dengan cara menambahkan salah satu atau kombinasi dari garam, gula, bumbu, cuka, atau sodium nitrit (utk makanan binatang). Termasuk dalam pengawetan ini adalah dengan cara pengasapan. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa makanan asin dapat meningkatkan tekanan darah, serta ada zat karsinogenik pada makanan yang diasap yang bersumber dari asap kayu bakar. Produk makanan yang diawetkan dengan cara ini di antaranya adalah: ikan dan daging.
2. Pengawetan dengan cara pengeringan. Tiga metode dasar pengeringan yang kini digunakan adalah: pengeringan dengan dijemur di bawah terik matahari, pengeringan menggunakan udara kering yang panas, serta pengeringan melalui pembekuan kering. Cara-cara ini pada dasarnya untuk menghilangkan kandungan air dari makanan. Produk makanan yang diawetkan dengan dikeringkan di antaranya: susu, kopi, teh, ikan, dan daging.
3. Pengawetan dengan cara pengalengan atau pembotolan dalam vakum yang disterilisasi. Cara ini melalui proses vakum udara dan pemanasan untuk sterilisasi. Variasi produk makanan yang dikalengkan di antaranya ikan, daging, dan buah-buahan. Proses pengalengan makanan biasanya telah melalui pengolahan sehingga makanan telah siap langsung disantap (makanan instan).
4. Penambahan zat aditif untuk mengawetkan. Cara ini banyak ditemui dewasa ini. Biasanya zat aditif itu berupa pemanis buatan (seperti aspartame dan sakarin), pewarna (seperti FD&C yellow no. 5), dan pengawet (seperti natrium benzoat). Dalam batas tertentu zat-zat aditif aman bagi tubuh. Akan tetapi tidak boleh dikonsumsi terus menerus karena dapat mengganggu fungsi ginjal dan hati. Produk makanan yang diawetkan dengan zat aditif misalnya: saus sambel, saus tomat, kecap, dan minuman serbuk instan.
5. Pembekuan dan refrigerasi adalah cara pengawetan dengan mengatur suhu penyimpanan produk makanan dalam temperatur yang rendah sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan. Produk makanan yang dibekukan atau diatur temperatur penyimpanannya antara lain: ikan, daging, susu segar, buah-buahan, dan sayuran.
6. Mengontrol atmosfer penyimpanan adalah cara pengawetan dengan mengatur suhu dan kelembapan ruang, serta mengatur kandungan udara (biasanya mengurangi oksigen, meningkatkan karbondioksida, dan menghilangkan etilen). Pada kondisi ini proses masaknya makanan dapat dikontrol. Cara pengawetan seperti ini biasanya pada buah dan sayuran.
7. Pengemasan anti hama yaitu cara pengawetan melalui sterilisasi makanan. Tetapi berbeda dengan pengalengan, sterilisasi makanan dan kemasan pada cara ini dilakukan secara terpisah. Makanan yang diawetkan dengan cara ini misalnya susu dan jus buah.
8. Iradiasi adalah cara pengawetan dengan cara meradiasi makanan di bawah sinar gamma atau sinar-X. Cara ini akan membunuh bakteri, jamur, dan serangga yang terkandung pada makanan. Cara ini juga memperlambat proses masaknya makanan, sehingga buah dan sayuran dapat disimpan lebih lama. Makanan yang diawetkan dengan cara ini misalnya: buah, sayuran, dan tepung-tepungan. Akan tetapi, pengawetan dengan cara ini kini dibatasi, setelah ditemukan adanya kandungan racun pada makanan.
9. Fermentasi adalah cara pengawetan melalui reaksi kimia. Reaksi kimia ini menghasilkan zat-zat seperti alkohol, asam, dan zat lain yang bersifat mengawetkan. Cara pengawetan dengan fermentasi di antaranya dilakukan pada produk makanan: keju, yogurt, tape, termasuk minuman beralkohol seperti bir dan anggur.
10.Pasteurisasi adalah cara pengawetan melalui pemanasan hingga temperatur tertentu untuk membunuh mikroorganisme, misalnya pemanasan hingga 63ºC selama 30 menit atau dengan Ultra High Temperature (UHT) yaitu 138ºC selama 2 hingga 4 detik. Pasteurisasi dilakukan pada produk susu, jus buah, serta minuman beralkohol bir dan anggur.
11.Teknik Genetik adalah cara pengawetan makanan melalui rekayasa genetika sehingga dihasilkan buah atau sayuran yang tahan penyakit, hasilnya berlimpah, dan berkualitas lebih baik. Produk makanan yang diolah dengan teknik genetika di antaranya padi/beras, kentang, strawberi, dan tomat.
Sementara itu pengemasan (packaging) produk makanan disesuaikan dengan metode pengawetannya. Selain terkait dengan pengawetan, pengemasan juga untuk menjaga produk dalam proses distribusinya dari pengaruh cuaca dan benturan. Cara-cara pengemasan misalnya dengan kertas/karton, karton yang dilapisi plastik, kertas yang dilapisi timah, kaleng, botol, dan plastik. Tampilan pengemasan berpengaruh pula dalam mempromosikan produk. Kini proses pengemasan yang melibatkan teknologi pengemasan telah menjadi bagian tersendiri dan penting dalam proses produksi. Hanya saja, dampak dari limbah pengemasan kini telah menjadi masalah lingkungan yang mencemaskan.
2. Menghargai Produk
Harga produk sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar (penawaran dan permintaan) serta biaya produksi. Mekanisme pasar yang penuh dengan persaingan sangat membutuhkan inovasi produsen dan pemasaran, sehingga produk dapat tetap terjual dengan memberi profit. Adakalanya, karena biaya produksi yang tinggi, harga suatu produk berada di atas harga produk yang sama dari produsen lain.
Dalam era persaingan global, seringkali produsen asing yang berhasil menguasai teknologi dan bahan baku dapat menjual produknya lebih murah dibandingkan produsen lokal. Pada kondisi ini dibutuhkan kebijakan pemerintah untuk melindungai produsen lokal, di antaranya dengan lebih mengutamakan distribusi produk lokal di dalam negeri.
3. Mempromosikan Produk
Promosi produk yang utama meliputi pengiklanan (advertising), penjualan personal atau direct selling, penjualan promosi, dan pembentukan relasi.
Promosi produk melalui iklan berfungsi untuk mengingatkan konsumen atas keunggulan produk, harganya yang bersaing, dan membentuk brand image. Konsumen biasanya tidak hanya membeli produk berdasarkan fungsi produk tetapi juga brand image dari produk itu. Iklan produk di antaranya melalui televisi, radio, internet, papan reklame, surat kabar, katalog, surat, dan kemasan produk itu sendiri.Promosi produk melalui direct selling adalah menawarkan produk dari bagian pemasaran langsung ke konsumen, sehingga produk tidak melalui jalur distribusi (distributor) dan agen. Direct Selling akan memangkas rantai distribusi, akan tetapi membutuhkan tim pemasaran yang banyak dan handal.
Penjualan promosi biasanya dibutuhkan pada peluncuran produk baru atau secara berkala diadakan demi meraih pelanggan baru. Harga pada penjualan promosi biasanya lebih murah (diberi discount) disertai adanya hadiah. Penjualan promosi yang berhasil adalah jika konsumen tetap membeli produk walaupun harga telah kembali normal.
Pembentukan relasi dalam promosi produk dapat bervariasi kepada berbagai pihak. Misalnya pihak pemasaran berhasil mendapatkan hak eksklusif dalam menjual produk pada sebuah event karena berhasil menjadi produk resmi event tersebut. Atau pihak pemasaran berhasil meyakinkan pemerintah bahwa dalam rangka perlindungan produk lokal maka produk asing dibatasi. Pembentukan relasi juga dalam rangka menjaga pelanggan setia dengan memberinya penghargaan-penghargaan.4. Distribusi Produk
Proses distribusi produk hingga ke tangan konsumen dapat dilakukan melalui beberapa cara. Ada produk-produk yang tidak membutuhkan jalur distribusi yang panjang atau melalui direct selling, tapi ada pula yang tetap membutuhkan distributor. Kini berkembang pula distribusi produk melalui Multi Level Marketing (MLM). Pada MLM konsumen dapat sekaligus bertindak sebagai tenaga pemasaran. Hanya saja, biasanya harga produk yang distribusinya melalui MLM lebih tinggi dibanding produk sejenis yang melalui distribusi biasa.
Kini berkembang pula distribusi produk melalui pemesanan online lewat internet. Cara online ini membutuhkan perlindungan hukum yang ketat, agar tidak terjadi penipuan. Malaui cara online, konsumen tidak perlu mendatangi pasar, atau mal, atau tempat penjualan produk. Cukup melalui internet dan adanya fasilitas kartu kredit, produk dapat langsung diantar ke tempat konsumen.
Distribusi produk juga harus mempertimbangkan biaya transportasi dan pergudangan. Produk membutuhkan transportasi yang tepat dalam pendistribusiannya.
5. Riset Pemasaran
Riset pemasaran dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global dan demi mempertahankan produksi produk. Riset pemasaran terkait dengan bagian penelitian dan pengembangan. Berdasarkan informasi akurat dari riset pemasaran, maka proses pemasaran dapat berjalan efektif. Riset pada pemasaran biasanya juga mempertimbangkan analisis SWOT dalam memasarkan suatu produk.
B. Perencanaan Pemasaran Berlandaskan Analisis SWOT
Secara sederhana strategi pemasaran haruslah mempertimbangkan SWOT (Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threat (ancaman)) yang melingkupi pemasaran produk. Kondisi ideal adalah jika kekuatan melebihi kelemahan yang ada, serta peluang melebihi ancaman yang mungkin timbul. Pada kondisi itu, produk layak dan dipertimbangkan akan berhasil dipasarkan.
Berdasarkan riset pemasaran, tim pemasaran haruslah mampu menyusun SWOT secara akurat agar dapat dipertimbangkan kelayakan pemasaran. Jika kekuatan dan peluang lebih rendah dibanding kelemahan dan ancaman, tim pemasaran haruslah mampu menciptakan atau minimal memberi advise terhadap bagian produksi agar kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan.
Misalkan sekelompok transmigran bekerja sama dalam memproduksi hasil pertanian berupa pisang. Kelompok transmigran ini telah memiliki ketrampilan tinggi sehingga produk pisang yang dihasilkan dapat bervariasi dengan kualitas yang baik. Akan tetapi, mereka menghadapi kendala infrastruktur untuk jalur transportasi yang belum memadai. Mereka berhasil meyakinkan Pemda setempat sehingga jalur transportasi yang baik dapat terbangun. Maka produk pisang olahan berkualitas tinggi ini berpeluang besar untuk dipasarkan di wilayah tersebut, antar pulau, bahkan antar negara. Dalam hal ini ancaman berupa serangan hama berhasil diatasi. Maka secara keseluruhan pemasaran produk pisang ini layak dilaksanakan. Kelompok transmigran berhasil menciptakan kekuatan yang melebihi kelemahan dan peluang yang melebihi ancaman.
C. Pemasaran dan Ekonomi Rakyat di Indonesia
Konstitusi Republik Indonesia (RI) pasal 33 UUD 1945 di antaranya menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, kekayaan alam dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan. Atau secara mendasar, konstitusi RI senafas dengan prinsip ekonomi rakyat. Makna ekonomi rakyat sebagai strategi pembangunan dinyatakannya di antaranya dalam butir-butir sebagai berikut. (1) Dengan rakyat berkesempatan aktif dalam kegiatan ekonomi akan lebih menjamin nilai tambah ekonomi yang optimal. (2) Pemberdayaan rakyat adalah tugas nasional untuk meningkatkan produktivitas sehingga rakyat lebih konkret menjadi aset aktif pembangunan. (3) Pembangunan ekonomi rakyat akan meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian akan menjadi energi rakyat untuk mampu membangun dirinya sendiri. (4) Pembangunan ekonomi rakyat akan meningkatkan collective bargaining position untuk mencegah eksploitasi dan subordinasi ekonomi.
Jika dikaitkan dengan pemasaran produk lokal yang diproduksi oleh rakyatnya sendiri maka Pemerintah, baik pusat maupun daerah, memegang tanggung jawab konstitusi untuk memajukan ekonomi rakyat lebih utama dibanding ekonomi pasar bebas, di mana produk asing bebas masuk dan mematikan produk lokal. Maka pemerintah memiliki tanggung jawab konstitusi untuk memberdayakan ekonomi rakyat, melalui berbagai hal yang akan memajukan pemberdayaan ekonomi rakyat itu. Secara komprehensif, harus terbina koordinasi yang rapi antarbagian dalam pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah. Misalnya, dalam hal pemberdayaan ekonomi rakyat di kalangan warga transmigrasi yang ingin memasarkan produk hasil pertaniannya, dibutuhkan koordinasi dan kerjasama yang rapi di antaranya pada Kementerian Transmigrasi, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan.
Di luar itu, jiwa nasionalisme harus selalu dipupuk dalam rangka menjaga kesinambungan produk lokal yang menjadi tuan di negeri sendiri. Serta mengutamakan keterpenuhan kebutuhan dalam negeri dibanding mendahulukan ekspor ke luar negeri. Pada dasarnya, ekonomi rakyat yang menjadi amanat konstitusi haruslah diperjuangkan secara maksimal oleh Pemerintah sebagai eksekutif negara.
By:l@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar